Oleh: Dr. KH Amidhan Shaberah
Ketua MUl (1995-2015), Komnas HAM (2002-2007)
SENAYANPOST - Hijrah Rasul dari Mekah ke Madinah bukan sekadar strategi Nabi Muhammad, untuk mengecoh kaum kafir Quraisy yang hendak menghancurkan kaum muslimin yang masih lemah, tapi hijrah bisa dimaknai lebih luas.
Yaitu siasat Rasul untuk membentuk suatu organisasi kemanusiaan di Madinah, organisasi kemanusiaan di Madinah merupakan conditio sine quanon bagi terbentuknya -- pinjam istilah Dr. Abdul Aziz, MA, kini Dubes Indonesia untuk Saudi Arabia -- Chiefdom Madinah.
Chiefdom Madinah, menurut Abdul Aziz, adalah benih dari suatu susunan negara modern yang berbasis kesetaraan umat manusia, kesetaraan umat manusia tersebut merupakan prinsip dasar hak asasi manusia (HAM).
Tidak seperti di Mekah yang saat itu masyarakatnya masih tribalis, di Madinah, Nabi Muhammad justru mendapat sambutan sebagai pemimpin humanis.
Baca Juga: 10 Hari Menikah, Istri Bos Bebek Asal Sumsel Menghilang: Izin Pergi ke Sepupu Lalu Hilang
Masyarakat Madinah sudah lama mengetahui jejak langkah Muhammad, setelah mendeklarasikan diri menjadi Rasulullah dan mendapat wahyu dari Allah.
Orang-orang Madinah yang dikenal lebih maju, terbuka, dan beradab ketimbang orang Mekah, justru mengharap kedatangan Rasul ke wilayahnya.
Mendengar Muhammad mendapat tekanan dan ancaman dari para petinggi Mekah, para pemimpin di Madinah justru sebaliknya.
Mereka berharap Muhammad datang ke Madinah, dan para petinggi Madinah akan menyambutnya. Bahkan mereka akan menjadikan Muhammad sebagai pemimpin penduduk Madinah.
Baca Juga: Apakah iPhone 15 Bakal Gunakan USB Tipe C? Begini Bocoran Terbarunya
Perlu diketahui penduduk Madinah atau Yatsrib yang menyambut kedatangan Rasul, bukan hanya yang beragama Islam. Tapi juga yang beragama Yahudi, Kristen, dan agama lokal.
Saking hormatnya kepada Muhammad, setelah kedatangan Rasul, nama Yatsrib pun diubah menjadi Madinah. Tujuannya jelas, agar citra daerah Yatsrib lebih humanis dan beradab, sesuai pribadi Rasulullah.
Muhammad dikenal sebagai pribadi pemersatu dan humanis. Di usia muda sebelum mendapat wahyu, Muhammad pernah berhasil mendamaikan suku-suku Quraisy yang berseteru dalam hal meletakkan hajar aswad di Ka'bah.
Artikel Terkait
Opini: Ekonomi Haji Pascapandemi dan Uang Jokowi
Opini: Idul Adha, Mari Kurbankan Ismail Kita
Makna Kalimat "Hasbunallah Wanikmal Wakil" dan Waktu Terbaik Mengucapkannya
Islam Politik dan Mempermainkan Agama
Opini: In Memoriam KH Zamroni Irfan, Santri Modern yang Liberal
Cerpen: Cinta Suci Adi
Opini: Salat Subuh