• Minggu, 24 September 2023

Opini: Hijrah dan HAM

- Kamis, 20 Juli 2023 | 19:43 WIB
Dr. KH Amidhan Shaberah (Istimewa)
Dr. KH Amidhan Shaberah (Istimewa)

Oleh: Dr. KH Amidhan Shaberah
Ketua MUl (1995-2015), Komnas HAM (2002-2007)

SENAYANPOST - Hijrah Rasul dari Mekah ke Madinah bukan sekadar strategi Nabi Muhammad, untuk mengecoh kaum kafir Quraisy yang hendak menghancurkan kaum muslimin yang masih lemah, tapi hijrah bisa dimaknai lebih luas.

Yaitu siasat Rasul untuk membentuk suatu organisasi kemanusiaan di Madinah, organisasi kemanusiaan di Madinah merupakan conditio sine quanon bagi terbentuknya -- pinjam istilah Dr. Abdul Aziz, MA, kini Dubes Indonesia untuk Saudi Arabia -- Chiefdom Madinah.

Chiefdom Madinah, menurut Abdul Aziz, adalah benih dari suatu susunan negara modern yang berbasis kesetaraan umat manusia, kesetaraan umat manusia tersebut merupakan prinsip dasar hak asasi manusia (HAM).

Tidak seperti di Mekah yang saat itu masyarakatnya masih tribalis, di Madinah, Nabi Muhammad justru mendapat sambutan sebagai pemimpin humanis.

Baca Juga: 10 Hari Menikah, Istri Bos Bebek Asal Sumsel Menghilang: Izin Pergi ke Sepupu Lalu Hilang

Masyarakat Madinah sudah lama mengetahui jejak langkah Muhammad, setelah mendeklarasikan diri menjadi Rasulullah dan mendapat wahyu dari Allah.

Orang-orang Madinah yang dikenal lebih maju, terbuka, dan beradab ketimbang orang Mekah, justru mengharap kedatangan Rasul ke wilayahnya.

Mendengar Muhammad mendapat tekanan dan ancaman dari para petinggi Mekah, para pemimpin di Madinah justru sebaliknya.

Mereka berharap Muhammad datang ke Madinah, dan para petinggi Madinah akan menyambutnya. Bahkan mereka akan menjadikan Muhammad sebagai pemimpin penduduk Madinah.

Baca Juga: Apakah iPhone 15 Bakal Gunakan USB Tipe C? Begini Bocoran Terbarunya

Perlu diketahui penduduk Madinah atau Yatsrib yang menyambut kedatangan Rasul, bukan hanya yang beragama Islam. Tapi juga yang beragama Yahudi, Kristen, dan agama lokal.

Saking hormatnya kepada Muhammad, setelah kedatangan Rasul, nama Yatsrib pun diubah menjadi Madinah. Tujuannya jelas, agar citra daerah Yatsrib lebih humanis dan beradab, sesuai pribadi Rasulullah.

Muhammad dikenal sebagai pribadi pemersatu dan humanis. Di usia muda sebelum mendapat wahyu, Muhammad pernah berhasil mendamaikan suku-suku Quraisy yang berseteru dalam hal meletakkan hajar aswad di Ka'bah.

Halaman:

Editor: Hanggi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Opini: Hukum Positif Telantarkan Orang Tua

Rabu, 20 September 2023 | 03:20 WIB

Opini: Keikhlasan Rasulullah dan Perempuan Yahudi Tua

Senin, 14 Agustus 2023 | 14:20 WIB

Opini: Majlis Taklim Al-Busyro "Membunuh" Wahyu

Kamis, 27 Juli 2023 | 19:21 WIB

Opini: Hijrah dan HAM

Kamis, 20 Juli 2023 | 19:43 WIB

Opini: Salat Subuh

Jumat, 14 Juli 2023 | 12:29 WIB

Cerpen: Cinta Suci Adi

Senin, 10 Juli 2023 | 23:08 WIB

Islam Politik dan Mempermainkan Agama

Sabtu, 8 Juli 2023 | 16:29 WIB

Opini: Idul Adha, Mari Kurbankan Ismail Kita

Kamis, 29 Juni 2023 | 11:34 WIB

Perjuangan Dakwah Islam di Ranah Minang

Minggu, 25 Juni 2023 | 21:06 WIB
X