Syaefudin Simon
Kolumnis
SENAYAN POST - Dulu, KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah, kalau jadi imam salat favoritnya baca surat Al Maun.
Al Maun ini surat pendek, hanya tujuh ayat, yang di dalamnya menganjurkan orang untuk menyantuni atau memberi makan anak yatim dan fakir miskin.
Orang Islam yang salat tapi tak peduli anak yatim dan fakir miskin adalah penipu agama. Pahala salatnya masuk neraka Weil.
Baca Juga: Anies Baswedan Desak Pemerintah Bentuk Badan Khusus untuk Pembangunan Perkotaan
KH Ahmad Dahlan selalu mengulang-ulang surat Al Maun tersebut. Baik ketika jadi imam salat maupun memberikan ceramah.
Hasilnya kita lihat: Muhammadiyah, organisasi Islam terbesar dan terbaik di dunia dari aspek pendidikan, kemanusiaan, kedermawanan.
Setiap orang Islam pasti tahu makna surat Al Maun yang ada di Juz Amma (juz ke-30). Juz 30 terdiri dari surat-surat pendek.
Baca Juga: Anies Baswedan Kritik Keberpihakan Pemerintah: Tolong Perhatikan Masyarakat Perkotaan
Hampir setiap orang Islam hapal, minimal sering mendengar surat-surat di Juz Amma tersebut. Terutama yg pendek-pendek seperti Surat Al Maun, Al Ikhlas, An Nas dan lain-lain.
Imam salat biasanya selalu baca surat surat pendek dari juz amma tersebut. Waktu tinggal di rumah Pak AR Fachrudin dan jadi makmum salat beliau, bacaan salatnya ya surat-surat pendek tersebut.
Tapi sekarang lain. Di masjid Muhammadiyah dekat rumahku, ini salatnya 'hebat-hebat'. Usia muda dan bacaan Qurannya panjang-panjang, mungkin dari juz satu atau dua atau lainnya. Jelas mayoritas makmum tak tahu maknanya. Makan pun kecapaian.
Baca Juga: Apakah Hikaru Kamiki Tewas dalam Serial Oshi no Ko? Simak Penjelasannya di Sini!
Tadi salat subuh, di depanku orang tua di saf pertama, sampai sempoyongan beberapa kali karena gak kuat berdiri lantaran bacaan surat imamnya di rakaat pertama dan kedua panjang pisan. Aku pun ngedumel. Boro-boro salat khusu, batinku nggrundel. Ini imam salat mau pamer hapalan Qur'an atau tadarus. Semprul.
Artikel Terkait
Opini: Intelijen dan Krisis Moneter di Asia Tahun 1997
Opini: In Memoriam KH Zamroni Irfan, Santri Modern yang Liberal
Opini: Penyakit dalam Jurnalistik
OPINI: Penggalangan Mantan Teroris; Kisah Pendiri JI dr. Najih Ibrahim
Opini: Di Balik Pelarangan TikTok di Amerika Serikat