Oleh: KH. Dr. Amidhan Shaberah
Ketua MUI (1995-2015) dan Komnas HAM (2002-2007)
SENAYANPOST - Cendekiawan muslim, Dr. Ali Syariati menulis makna Idul Adha atau Idul Qurban dengan penuh simbolis. Tulisnya: Setiap kita adalah Ibrahim. Setiap kita punya Ismail.
Ismail-mu mungkin hartamu. Ismail-mu mungkin jabatanmu. Ismail-mu mungkin gelarmu. Ismail-mu mungkin egomu. Ismail-mu mungkin istrimu. Ismail-mu mungkin anakmu.
Ismail-mu adalah sesuatu atau seseorang yang kau sayangi, yang kau cintai, dan yang kau pertahankan di dunia ini. Ismail-mu adalah something yang selalu ada dalam benakmu. Sehingga membuatmu lupa kepada Allah.
Imam Syafi'i menyatakan, dalam hati manusia seharusnya hanya ada satu cinta. Yaitu cinta kepada Allah. Allah sangat cemburu jika dalam hati manusia ada dua cinta, cinta kepada Allah dan cinta kepada selain Allah. Cinta kepada selain Allah itulah yang harus dibunuh dan dikurbankan.
Baca Juga: Ribuan Jemaah Haji Indonesia Terlantar di Muzdalifah: Terjemur di Suhu 41 Derajat
Camkan! Ibrahim tidak diperintah Allah untuk membunuh Ismail. Ibrahim hanya diperintah Allah untuk membunuh rasa "kepemilikan" atau "rasa cinta berlebihan" terhadap Ismail. Karena hakikatnya, semua yang ada di jagat raya adalah milik Allah, dan semua cinta hanya untuk Allah.
Rasa kepemilikan -dari dulu hingga kini- menjadi hambatan manusia untuk berserah diri kepada Allah. Padahal berserah diri total kepada Allah adalah makna sejati dari kata Islam. Jadi Islam adalah suatu sikap; Islam adalah suatu laku yang menunjukkan "penyerahan diri total" kepada Allah.
Itulah sebabnya, Al Quran menyatakan semua agama hakikatnya Islam. Yaitu sikap berserah diri hanya kepada Allah.
Kembali pada ibadah haji. Ritual haji penuh simbolis. Thawaf di Ka'bah misalnya adalah simbol perputaran elektron mengelilingi inti atom di jagad mikrokosmos.
Baca Juga: Resiko Kena Bakteri Patogen Berbahaya Akibat Salah Cara Simpan Daging Kurban
Di jagad makrokosmos, kondisinya sama. Semua benda antariksa -- planet, bintang, dan galaksi semuanya berputar mengelilingi "inti" jagad raya (universe).
Dengan demikian, ritual thawaf sesungguhnya menggambarkan alam yang dinamis, yang selalu bergerak, berputar mengelilingi intinya, untuk menjaga keadilan atau keseimbangan.
Allah menyatakan, semua ciptaanKU berada dalam keseimbangan. Dengan kata lain, semua ciptaan Allah berada dalam keadilan. Itulah sebabnya, Allah menekankan pentingnya keadilan.
Artikel Terkait
Presiden Jokowi Sumbang Sapi Kurban Terberat Di Sulbar, Seharga Ratusan Juta Rupiah
Apa Hukum Makan Daging Kurban Sendiri? Berikut Penjelasannya
5 Hikmah Ibadah Kurban di Hari Raya Idul Adha, Ibadah yang Dicintai Allah SWT
Manfaatnya Hewan Kurban Dipuasakan Sebelum Disembelih pada Idul Adha
25 Ucapan Selamat Hari Raya Idul Adha 1444 H, Tebar Kebaikan dan Cinta di Hari Kurban
Berapa Lama Daging Kurban Bisa Disimpan di Freezer?
Resiko Kena Bakteri Patogen Berbahaya Akibat Salah Cara Simpan Daging Kurban