• Minggu, 24 September 2023

Opini: Idul Adha, Mari Kurbankan Ismail Kita

- Kamis, 29 Juni 2023 | 11:34 WIB
Amidhan Shaberah, Ketua MUI (1995-2015)
Amidhan Shaberah, Ketua MUI (1995-2015)

Oleh: KH. Dr. Amidhan Shaberah
Ketua MUI (1995-2015) dan Komnas HAM (2002-2007)

SENAYANPOST - Cendekiawan muslim, Dr. Ali Syariati menulis makna Idul Adha atau Idul Qurban dengan penuh simbolis. Tulisnya: Setiap kita adalah Ibrahim. Setiap kita punya Ismail.

Ismail-mu mungkin hartamu. Ismail-mu mungkin jabatanmu. Ismail-mu mungkin gelarmu. Ismail-mu mungkin egomu. Ismail-mu mungkin istrimu. Ismail-mu mungkin anakmu.

Ismail-mu adalah sesuatu atau seseorang yang kau sayangi, yang kau cintai, dan yang kau pertahankan di dunia ini. Ismail-mu adalah something yang selalu ada dalam benakmu. Sehingga membuatmu lupa kepada Allah.

Imam Syafi'i menyatakan, dalam hati manusia seharusnya hanya ada satu cinta. Yaitu cinta kepada Allah. Allah sangat cemburu jika dalam hati manusia ada dua cinta, cinta kepada Allah dan cinta kepada selain Allah. Cinta kepada selain Allah itulah yang harus dibunuh dan dikurbankan.

Baca Juga: Ribuan Jemaah Haji Indonesia Terlantar di Muzdalifah: Terjemur di Suhu 41 Derajat

Camkan! Ibrahim tidak diperintah Allah untuk membunuh Ismail. Ibrahim hanya diperintah Allah untuk membunuh rasa "kepemilikan" atau "rasa cinta berlebihan" terhadap Ismail. Karena hakikatnya, semua yang ada di jagat raya adalah milik Allah, dan semua cinta hanya untuk Allah.

Rasa kepemilikan -dari dulu hingga kini- menjadi hambatan manusia untuk berserah diri kepada Allah. Padahal berserah diri total kepada Allah adalah makna sejati dari kata Islam. Jadi Islam adalah suatu sikap; Islam adalah suatu laku yang menunjukkan "penyerahan diri total" kepada Allah.

Itulah sebabnya, Al Quran menyatakan semua agama hakikatnya Islam. Yaitu sikap berserah diri hanya kepada Allah.

Kembali pada ibadah haji. Ritual haji penuh simbolis. Thawaf di Ka'bah misalnya adalah simbol perputaran elektron mengelilingi inti atom di jagad mikrokosmos.

Baca Juga: Resiko Kena Bakteri Patogen Berbahaya Akibat Salah Cara Simpan Daging Kurban

Di jagad makrokosmos, kondisinya sama. Semua benda antariksa -- planet, bintang, dan galaksi semuanya berputar mengelilingi "inti" jagad raya (universe).

Dengan demikian, ritual thawaf sesungguhnya menggambarkan alam yang dinamis, yang selalu bergerak, berputar mengelilingi intinya, untuk menjaga keadilan atau keseimbangan.

Allah menyatakan, semua ciptaanKU berada dalam keseimbangan. Dengan kata lain, semua ciptaan Allah berada dalam keadilan. Itulah sebabnya, Allah menekankan pentingnya keadilan.

Halaman:

Editor: Hanggi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Opini: Hukum Positif Telantarkan Orang Tua

Rabu, 20 September 2023 | 03:20 WIB

Opini: Keikhlasan Rasulullah dan Perempuan Yahudi Tua

Senin, 14 Agustus 2023 | 14:20 WIB

Opini: Majlis Taklim Al-Busyro "Membunuh" Wahyu

Kamis, 27 Juli 2023 | 19:21 WIB

Opini: Hijrah dan HAM

Kamis, 20 Juli 2023 | 19:43 WIB

Opini: Salat Subuh

Jumat, 14 Juli 2023 | 12:29 WIB

Cerpen: Cinta Suci Adi

Senin, 10 Juli 2023 | 23:08 WIB

Islam Politik dan Mempermainkan Agama

Sabtu, 8 Juli 2023 | 16:29 WIB

Opini: Idul Adha, Mari Kurbankan Ismail Kita

Kamis, 29 Juni 2023 | 11:34 WIB

Perjuangan Dakwah Islam di Ranah Minang

Minggu, 25 Juni 2023 | 21:06 WIB
X