• Minggu, 24 September 2023

Opini: Ekonomi Haji Pascapandemi dan Uang Jokowi

- Rabu, 28 Juni 2023 | 21:59 WIB
Jutaan Jemaah Haji Melaksanakan Wukuf di Arafah
Jutaan Jemaah Haji Melaksanakan Wukuf di Arafah

SENAYANPOST - Jika tahun 2022 ibadah haji sepi di tanah suci, kini pascapandemi ibadah haji 'ramai' kembali.

Sekitar 220.000 orang jemaah haji Indonesia -jumlah terbesar per-negara di dunia- memadati Masjid Nabawi Madinah dan Masjidil Haram, Mekah di bulan Juni tahun 2023.

Besarnya jumlah jemaah haji Indonesia, terlihat jelas, dari berlakunya 'Uang Jokowi' di Saudi Arabia.

Di mana-mana, di Saudi Arabia, orang bisa bertransaksi dengan memakai mata uang rupiah. Baik di toko kelontong, supermarket, hotel, maupun restoran. Pedagang di Saudi Arabia lazim menjulukinya Uang Jokowi.

Baca Juga: Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan Bertemu di Makkah, Silaturahmi di Sela Ibadah Haji

Ibadah haji adalah istimewa, karena untuk melaksanakannya butuh kesehatan badan dan kecukupan uang.

Orang miskin, tidak diwajibkan menunaikan ibadah haji. Hanya orang mampu secara fisikal dan finansial yang diwajibkan, dan itu pun hanya boleh sekali dalam seumur hidup.

Pinjam fatwa mantan imam besar Masjid Istiqlal, almarhum Prof. KH Mustofa Ya’qub, umat Islam yang melaksanakan ibadah haji kedua, ibadahnya tak lebih dari mengikuti hawa nafsu setan.

Kenapa? Nabi Muhammad yang lahir di Mekah saja, seumur hidupnya hanya sekali menunaikan ibadah haji.

Baca Juga: Keutamaan Puasa Arafah Bagi Umat Muslim yang Tak Melaksanakan Ibadah Haji yang Jatuh pada Tanggal 27 Juni 2023

Tampaknya, jauh sebelum ini, Nabi Muhammad sudah mengetahui, kelak, orang Islam akan berbondong-bondong naik haji, termasuk orang miskin yang seharusnya tidak wajib ke Mekah.

Di antara mereka, ada yang menjual rumah dan tanah demi naik haji. Padahal, aset tersebut sangat penting untuk kelanjutan hidupnya.

Nabi Muhammad memberi contoh, beliau yang lahir dan hidup di Mekah saja, hanya naik haji sekali seumur hidupnya – lalu bagaimana dengan orang yang hidupnya di negeri yang jauh dari Mekah?

Jika mampu berhajilah. Tapi cukup sekali seperti yang dicontohkan Rasulullah. Kenapa? Tenaga dan dana untuk ibadah haji -khususnya yang kedua dan seterusnya- lebih baik dimanfaatkan untuk membangun umat di wilayah atau negaranya masing-masing.

Halaman:

Editor: Hanggi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Opini: Hukum Positif Telantarkan Orang Tua

Rabu, 20 September 2023 | 03:20 WIB

Opini: Keikhlasan Rasulullah dan Perempuan Yahudi Tua

Senin, 14 Agustus 2023 | 14:20 WIB

Opini: Majlis Taklim Al-Busyro "Membunuh" Wahyu

Kamis, 27 Juli 2023 | 19:21 WIB

Opini: Hijrah dan HAM

Kamis, 20 Juli 2023 | 19:43 WIB

Opini: Salat Subuh

Jumat, 14 Juli 2023 | 12:29 WIB

Cerpen: Cinta Suci Adi

Senin, 10 Juli 2023 | 23:08 WIB

Islam Politik dan Mempermainkan Agama

Sabtu, 8 Juli 2023 | 16:29 WIB

Opini: Idul Adha, Mari Kurbankan Ismail Kita

Kamis, 29 Juni 2023 | 11:34 WIB

Perjuangan Dakwah Islam di Ranah Minang

Minggu, 25 Juni 2023 | 21:06 WIB
X