Oleh: Syaefudin Simon
SENAYANPOST - Sabtu malam, setelah tinggal di Madinah 3 hari, aku dan teman teman satu grup, menuju Mekah.
Sesampai di Mekah, langsung Ihram. Dengan memakai baju putih tanpa jahitan, tanpa harum-haruman, tanpa kaos dan celana dalaman, aku melaksanakan ritual ihram.
Niat umrahnya di masjid Bir Ali, 11 km dari Madinah, pinggir jalan arah ke Mekah. Tempat niat umroh ini namanya miqot. Aneh kan? Niat itu adanya di hati. Tempatnya bisa di mana saja. Tapi untuk umrah dan haji beda!
Coba bayangkan, jika kita orang Jakarta mau "umrah" di Yogya, misalnya, mungkin miqotnya di masjid raya Bekasi! Begitulah ketentuannya. Masalah miqot ini mungkin strategi ibadah dari "Sono" agar lebih menyebar akses spiritual keumatannya.
Jika baca ulasan umroh ini -- mungkin Efron, Hepi, Ridwan, Ana, Apri -- teman-teman dekatku di FB yang orang Kristen, pasti bingung. Apalagi Lionel Messi! Pasti lebih bingung. Kok ibadah ribet amat?
Emang, ibadah umroh itu ribet. Aku jiga merasakannya. Mau bertemu Tuhan aja saratnya macam-macam dan rempong. Bukanlah Tuhan ada di setiap hati manusia?.
Tapi gaes, keribetan umroh ini -- pun ibadah haji -- bisa dikapitalisasi jadi bisnis raksasa. Banyak pihak yang diuntungkan. Banyak pebisnis bikin perusahaan travel. Ustad-ustad kebagian rejeki jadi pembimbing haji.
Efek multiplier ekonomi dari ibadah umroh dan haji memang luar biasa besar. Menyangkut uang milyaran dolar tiap tahun. Tapi secara makro ekonomi, Indonesia rugi. Karena devisa dari Indonesia mengalir ke Kerajaan Saudi Arabia (KSA).
Baca Juga: Coldplay Bakal Konser di Jakarta, Simak Tanggal dan Perkiraan Harga Tiket di Sini!
Temanku Hamid Basyaib, kolumnis cerdas yang berani nglabrak Goenawan Mohamad, penulis Catatan Pinggir majalah Tempo, pasti mengolok-olok, kalau Indonesia ingin maju ekonominya, hentikan ibadah umroh.
Umroh itu hanya sunah. Negara harus bikin aturan ketat, orang Islam yang boleh naik haji hanya yang kaya saja. Wong mlarat jangan nabung untuk untuk naik haji. Nabung ya untuk beli sawah atau modal dagang. Itu baru benar. Negara harus mengatur ibadah haji cukup sekali seumur hidup. Bukankah Nabi Muhammad yang lahir di Mekah saja hanya sekali naik haji seumur hidup?
Mantan imam besar Masjid Istiqlal, almarhum KH Mustofa Yakub menyatakan, naik haji itu cukup sekali seumur hidup. Naik haji yang kedua adalah haji pengabdi setan. Wah.
Artikel Terkait
Presiden Jokowi Dicap Anti-Islam Usai Larang Buka Puasa Bersama, Menag Yaqut Justru Bilang Begini
Malam Takbiran Idul Fitri Suami Istri Berhubungan Intim, Simak Hukumnya dalam Islam
Opini: Ida Dayak dan Cinta Tuhan
Malam Lailatul Qadar Penting Bagi Umat Islam di Bulan Ramadhan, Ternyata Ini Alasannya
Pembalap Beragama Islam Ini Terang-Terangan Ingin Balapan di MotoGP
Biar Tak Beda Tanggal, Muhammadiyah Ingin Kalender Islam Global Segera Terwujud