HUT BIN, Dalil Intelijen dalam Al Qur’an

- Senin, 8 Mei 2023 | 20:54 WIB
Ilustrasi Al-Qur'an (Foto: Freepik)
Ilustrasi Al-Qur'an (Foto: Freepik)

 

Mush’ab Muqoddas Eka Purnomo, Lc

 

Kemarin, 7 Mei, diperingati sebagai hari ulang tahun (HUT) Badan Intelijen Negara (BIN) yang ke-77. Tidak ada gegap gempita seperti HUT Polisi Indonesia (Polri) atau Tentara Nasional Indonesia (TNI). Apalagi seperti peringatan kemerdekaan Indonesia yang kita peringati pada 17 Agustus setiap tahunnya.

Pada 7 Mei 1946, Kolonel Zulkifli Lubis mendirikan Badan Rahasia Negara Indonesia (BRANI) dengan semboyan Sebagai Prajurit Perang Pikiran, aku lahir. Sebagai Prajurit Perang Pikiran, aku berusaha menjamin keselamatan dan kemakmuran rakyat. Sebagai Prajurit Perang Pikiran, aku bertempat luas dan dalam. Sebagai Prajurit Perang Pikiran, aku bekerja dan berjuang di mana saja aku berada. Sebagai Prajurit Perang Pikiran, aku hilang.

Sesuai dengan perkembangan politik dan kebutuhan, lembaga intelijen mengalami berbagai perubahan dari BRANI hingga BIN antara lain Badan Koordinasi Intelijen (BKI), Badan Pusat Intelijen (BPI), Komando Intelijen Negara (KIN) dan Badan Koordinator Intelijen Negara (BAKIN). Pada tahun 2000, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengubah dari BAKIN menjadi Badan Intelijen Negara (BIN).

Kita sering menyamakan intelijen dengan tajassus sebenarnya bermakna spionase. Tajassus terdapat pada ayat ke-12 pada Surah Al Hujurat. Secara bahasa, kata Tajassus memiliki arti mencari kabar atau informasi kemudian mengumbarnya. Pengertian ini dapat diperjelas pada Tafsir Al Jalalain karya Imam Jalaluddin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al Hanbali (Wafat 846 Hijriyah) dan Imam Jalaluddin Abdul Rahman bin Abu Bakar As Suyuthi (Wafat 911 Hijriyah) disebutkan bahwa maksud dari kata “Tajassus” memiliki arti yaitu terus-terusan mencari keburukan dan aib untuk kemudian diumbarkan sehingga menimbulkan rasa tidak percaya pada Umat Islam dan bahkan menimbulkan rasa permusuhan kepada Umat Islam, atau bahkan rasa perpecahan di dalam tubuh Umat Islam sendiri. Maka, kata Tajassus tidak dapat disamakan dengan kata intelijen yang merupakan bagian dari sistem stabilitas keamanan negara.

Kata yang sering digunakan oleh Masyarakat Arab untuk menyebut intelijen adalah istikhbarat yang berasal dari kata Khabar yang berarti kabar atau informasi suatu peristiwa yang terperinci disertai dengan analisa berdasarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum dan memiliki keterkaitan dengan peristiwa tertentu, dan disertai analisis yang berisikan kemungkinan-kemungkinan atas dampak yang terjadi dari peristiwa tersebut. Maka tidak heran jika salah satu Asmaul Husna Allah SWT adalah Al Khabir yang berarti Maha Mengetahui dengan detail. Adapun lembaga intelijen disebut Mukhaabaraat berarti lembaga yang mengkoordinir aktifitas kolektif interaktif yang terorganisir dalam mencari informasi-informasi yang detail beserta analisisnya.

Adapun seorang personalia intelijen dalam Kamus Al Wajiz disebut Mukhbir dengan arti seseorang yang memiliki tugas untuk mengumpulkan informasi terkait keamanan negara. Sementara itu pada praktik di lapangan, dalam berbagai pertemuan antar dinas intelijen Negara Arab istilah Mukhbir tidak dipakai akan tetapi istilah yang dipakai adalah istilah Khabir yang arti harfiyahnya adalah seorang pakar yang paham masalah secara mendalam dan mampu menganalisis perkembangan serta dampaknya yang hasil pendalaman tersebut disampaikan kepada penentu kebijakan untuk diambil kebijakan sebagai bentuk deteksi dan pencegahan dini permasalahan yang dapat berdampak pada stabilitas keamanan negara.

Selanjutnya, untuk menyamakan istilah intelijen dalam bahasa Arab ke bahasa Indonesia kita harus merujuk pada UU No. 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara yang menyebutkan bahwa intelijen adalah pengetahuan, organisasi, dan kegiatan yang terkait dengan perumusan kebijakan, strategi nasional, dan pengambilan keputusan berdasarkan analisis dari informasi dan fakta yang terkumpul melalui metode kerja untuk pendeteksian dan peringatan dini dalam rangka pencegahan, penangkalan, dan penanggulangan setiap ancaman terhadap keamanan nasional.

Diutamakannya kata pengetahuan sebagai pengertian intelijen (dalam UU No. 17 Tahun 2011) berarti seorang personalia intelijen harus memiliki pengetahuan yang luas dan kepakaran yang mendalam pada permasalahan yang terkait dengan stabilitas keamanan negara sehingga kepala negara dapat segera mengambil kebijakan dan memerintahkan stake holders terkait untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Hal tersebut dikarenakan seorang personalia intelijen adalah prajurit perang pemikiran

Kita jarang mendengar istilah Tahassus yang berasal dari kata “Hassasah” yang berarti perasaan atau merasakan dengan cermat. Istilah ini ada pada surah Yusuf ayat 87 yaitu :

"يبني اذهبوا فتحسسوا من يوسف و أخيه و لا تايئسوا من روح الله إنه لا يايئس من روح الله إلا قوم الكافرون"

“Wahai anak-anakku pergilah kalian dan carilah kabar Yusuf dan saudaranya dan jangan kalian berputus asa dari Ruh Allah sesungguhnya tidaklah orang yang berputus asa dari Ruh Allah kecuali kaum orang-orang kafir.”

Kamus Al Wajiz yang disusun oleh lembaga pemelihara bahasa dan sastra Arab Mesir, Mujamma’ Lughah Al ‘Arabiyah yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Pengajaran Republik Arab Mesir mencantumkan arti kata Tahassus secara bahasa yaitu usaha mencari informasi, kabar dan pengetahuan. Selain itu, asal kata Tahassus yaitu ‘Hasasa’ yang cabang katanya adalah Haassah yang berarti panca indera dalam tubuh kita (pengelihatan, perasa, pendengaran, penciuman dan peraba).

Halaman:

Editor: Mushab Muuqoddas

Tags

Terkini

Kehilangan Tasbih Hadiah dari Prof. Ali Jum’ah

Minggu, 28 Mei 2023 | 00:23 WIB

Opini: Mencari Tuhan di Ka'bah

Selasa, 9 Mei 2023 | 17:24 WIB

HUT BIN, Dalil Intelijen dalam Al Qur’an

Senin, 8 Mei 2023 | 20:54 WIB

Opini: Doa Sapu Jagad di Raudhah

Senin, 8 Mei 2023 | 06:05 WIB
X