SENAYAN POST - Oleh: AM Hendropriyono*
Berangkat dari keinginan untuk mengangkat kearifan lokal menjadi suatu keunggulan budaya Indonesia daripada hanya tinggal sebagai warisan tradisi dari mulut ke mulut, pada hari Rabu, 29 Maret 2023 menjelang berbuka puasa saya mengundang Ibu Ida yang telah dikenal viral sebagai Dukun Dayak yang sakti.
Lebih dari 300 orang pasien berkumpul dengan posisi duduk membentuk lingkaran, untuk sebagian meminta bantuan meluruskan tulang mereka yang bengkok, bahkan banyak juga di antara mereka yang pernah menderita stroke.
Baca Juga: Indonesia Gagal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U 20, Sebagai Orang Tua AM Hendropriyono Komentar Begini
Pengobatan secara supranatural tersebut memang rasional, karena telah bergulir di media sosial dan cenderung dianggap sebagai fenomena yang gaib oleh para pemirsanya.
Ibu Ida menangani pasiennya tanpa kumat-kamit membaca doa, mantra atau konsentrasi pikiran, kecuali menari-nari dengan musik yang terkadang berlagu pop Dayak tetapi kerapkali juga lagu dangdut Melayu.
Pengantar bahasa yang dipakainya untuk berkomunikasi lebih sering dalam bahasa Banjar, daripada bahasa Dayak Kenyan, Kayan, Bahau, Ngaju, Iban, Murut, Bidayuh ataupun Punan.
Ia mengaku sebagai pemeluk agama Islam dengan suaminya bernama Suryanto yang selalu mendampingi, bersama seorang yang masih terpaut saudara semenda, yaitu Zuhairi dan sopirnya yang bernama Asep.
Untuk balas jasa praktiknya ia tidak meminta bayaran, tetapi untuk mengganti minyak pijatnya seharga Rp 50 per botol ia terima.
Walaupun nampaknya rasional tetapi hasil penanganannya terhadap pasien tetap harus dapat diverifikasi secara empirik, jika tidak akan dituduh sebagai suatu bentuk kebohongan publik.
Baca Juga: TPF Kasus Munir Sebut Panggil AM Hendropriyono, Mantan Kepala BIN: Kalau Misal Saya Tidak Datang...
Karena itu kemarin merupakan ajang terbaik untuk melakukan survey kualitatif terhadap fenomena tersebut, melalui observasi langsung sebagai alat penelitian di lapangan.
Ibu Ida dayak ini sejatinya termasuk dalam sistem medis tradisional, tetapi tidak jelas berorientasi pada kebudayaan masyarakat dayak yang mana.
Artikel Terkait
AM Hendropriyono jadi Inspektur Upacara dalam Pemakaman Azwar Anas di TMP Kalibata
AM Hendropriyono: Pentingnya Aksara Nusantara Bagi Indonesia
TPF Kasus Munir Sebut Panggil AM Hendropriyono, Mantan Kepala BIN: Kalau Misal Saya Tidak Datang...
Namanya Sering Dikaitkan Pelanggaran HAM di Talangsari, AM Hendropriyono: Saya Tidak Sejahat dan Sejelek Itu
Indonesia Gagal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U 20, Sebagai Orang Tua AM Hendropriyono Komentar Begini