Mush’ab Muqoddas Eka Purnomo, Lc
Penguasa Bani Umayyah setelah Hisyam bin Abdul Malik, adalah penguasa yang lemah yang salah satu penyebabnya adalah Al Walid bin Yazid yang dikenal sebagai figur yang buruk dan pemabuk. Hal ini memberikan legitimasi bagi musuh-musuh Bani Umayyah baik Syiah dan Khawarij, yang dimanfaatkan oleh Bani Abbas untuk menggulingkan Bani Umayyah.
Kepada Syiah, Bani Abbas menggunakan cover sebagai bagian Bani Hasyim yang menuntut hak-hak Ahlul Bait terutama gugurnya Al Husain bin Ali RA. Sedangkan kepada Khawarij, Bani Abbas menggunakan narasi memerangi penguasa yang lalim. Tetapi, saat Bani Abbas berkuasa, Syiah dan Khawarij ditumpas.
Penguasa Bani Umayyah yang kuat adalah Marwan bin Muhammad Al Jad’iy yang juga dikenal sebagai Al Himar (keledai) karena mampu bertahan dari serangan Bani Abbas, akan tetapi berhasil dikalahkan di Mesir. Pendapat lain menyebutkan bahwa setiap penguasa Arab yang berkuasa pada tahun keseratus mendapatkan gelar Al Himar. Hanya saja, As Suyuthi dan Abu Al Hasan Ar Ruhi lebih menggunakan pendapat pertama.
Kemampuan perang Marwan bin Muhammad yang memiliki nafas panjang, dikarenakan didukung oleh Suku Kurdi, mengingat ibunya berasal dari Suku Kurdi yang merupakan suku asli di bagian utara Irak. Suku Kurdi saat ini tersebar di berbagai negara yaitu Irak, Turki, Suriah, Lebanon dan Iran, serta memiliki peran penting dalam konflik di Timur Tengah saat ini.
Kekalahan demi kekalahan Marwan bin Muhammad berawal dari kekalahan di daerah Az Zab di bagian barat Irak, kemudian beruntun sampai pada kekalahan Bani Umayyah di Damaskus. Wilayah demi wilayah kekuasaan Bani Umayyah di Syam dikuasai oleh Bani Abbas, sehingga Marwan bin Muhammad bertolak ke Mesir. Semua kuburan penguasa Bani Umayyah dibongkar dan mayat-mayat tersebut dipukuli dan dihancurkan, kecuali jenazah Mu’awiyah bin Abu Sufyan RA karena merupakan bagian dari Sahabat RA dan jenazah Umar bin Abdul Aziz yang dikenal adil dan mendapatkan perlindungan dari Bani Adiy.
Walaupun Bani Abbas memenangkan berbagai pertempuran, Abdullah bin Ali alias Abu Abbas As Saffah merasa tenaganya terkuras habis, sehingga mengutus saudaranya Shalih bin Ali untuk mengejar Marwan bin Muhammad dan berhasil mengalahkannya di desa Abu Shabri bagian selatan Mesir. Tewasnya Marwan bin Muhammad memberikan legitimasi bagi Abdullah bin Ali alias Abu Abbas As Saffah untuk berkuasa dan mulai mencari dukungan Umat Islam agar dibaiat sebagai penguasa dengan gelar khalifah.
Berhasilnya Abdurrahman bin Mu’awiyah cucu Hisyam bin Abdul Malik memasuki Andalusia menggalang kekuatan loyalis Bani Umayyah di Andalusia. Abdurrahman bin Mu’awiyah bin Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan kemudian dikenal dengan Abdurrahman Ad Dakhil karena berhasil memasuki wilayah Andalusia menyelamatkan diri dari kejaran Bani Abbas dan Syiah. Abdurrahman Ad Dakhil berhasil mengalahkan pendukung Bani Abbas di Andalusia, Yusuf bin Abdurrahman yang merupakan cicit dari Sahabat Uqbah bin Nafi’ RA yang wafat dan dimakamkan di Mesir.
Abdurrahman Ad Dakhil merupakan figur yang dikenal adil dan merupakan seorang penyair sehingga mampu mendapatkan loyalitas dari keturunan Yaman dan Bangsa Barbar yang merupakan penduduk asli Afrika Utara. Abdurrahman Ad Dakhil yang masih merindukan kekuasaan Bani Umayyah di Syam tidak menyebut dirinya sebagai khalifah, akan tetapi menyebut dirinya sebagai Wali Andalusia, mengingat gelar khalifah merupakan pemimpin agama, sehingga Umat Islam tidak terpecah dalam agama, walaupun telah terpecah dalam kekuasaan politik keduniawiyan.