Mush’ab Muqoddas Eka Purnomo, Lc
Umayyah adalah anak dari Abdu Syams bin Abdul Manaf bin Qushai. Qushai adalah seorang penguasa Makkah yang memiliki kewenangan politik dan agama di Makkah. Pasca Qushai meninggal, kekuasaan politik dan agama dibagi. Untuk anak tertua yaitu Abdud Dar yang diamanahkan kekuasaan politik termasuk militer. Sedangkan urusan agama seperti merawat Ka’bah dan memberi makan dan minum para peziarah diamanahkan kepada Abdul Manaf. Abdul Manaf memiliki tiga anak yaitu Muthalib, Abdu Syams dan Amr (yang kemudian digelari Hasyim yang berarti pembagi roti, karena gemar menyantuni fakir miskin di Makkah). Amr alias Hasyim kemudian meneruskan tugas ayahnya, Abdul Manaf, dalam merawat Ka’bah serta memberi makan dan minum para peziarah.
Umayyah, sebagai anak Abdu Syams merasa tidak menerima karena sangat mendambakan jabatan di Makkah, sehingga mengadakan perlombaan dengan pamannya, siapa yang paling dianggap dermawan di Makkah. Para penduduk Makkah memilih Hasyim, sehingga Umayyah dan keluarganya pindah ke Syam yang dikuasai oleh Romawi. Selama di Syam, keturunan Umayyah mempelajari peradaban Romawi dari sistem peperangan, pembangunan gedung dan tata kota.
Saat Umayyah berada di Syam untuk mengasingkan diri karena kalah taruhan pamoritas dari pamannya, Amr alias Hasyim, Umayyah banyak berinteraksi dengan kabilah-kabilah Arab di Syam dan bahkan berinteraksi dengan Bangsa Romawi dan Bangsa Persia. Dari Bangsa Romawi, Umayyah mempelajari sistem tata kelola pemerintahan, sistem perancangan strategi perang dan sistem pembangunan rumah / bangunan. Saat anaknya, Harb, kembali ke Makkah beserta keturunannya, mendapatkan posisi mengelola strategi perang dari keturunan Abdud Dar.
Anak Umayyah yang kembali ke Makkah adalah Harb yang merupakan bapak dari Abu Sufyan bin Harb RA. Abu Sufyan bin Harb RA memiliki anak antara lain Yazid RA, Mu’awiyah RA dan Ramlah RA (salah satu istri Nabi Muhammad SAW dan diberi nama Ummu Habibah).
Konflik antara Bani Hasyim dan Bani Umayyah ini juga memicu tekanan Quraisy Makkah atas Bani Hasyim saat Nabi Muhammad SAW berdakwah di Makkah, seperti blokade atas Bani Hasyim selama dua tahun. Blokade tersebut berhenti setelah piagam blokade yang berada di dalam Ka’bah, dimakan rayap. Saat terjadi perang Badar, perang Uhud dan perang Khandaq, pihak yang paling keras memusuhi adalah Bani Umayyah yaitu Abu Sufyan bin Harb, akan tetapi setelah Fathu Makkah, masuk Islam.
Nabi Muhammad SAW berusaha menjalin hubungan baik dengan Bani Umayyah untuk menghilangkan konflik masa lalu antara Umayyah dan Hasyim. Setelah Nabi Muhammad SAW menikahi Ramlah binti Abi Sufyan RA, Nabi Muhammad SAW juga menikahkan kedua anaknya Ruqayyah RA dan Ummu Kultsum RA dengan Utsman bin Affan bin Abi Al ‘Ash bin Umayyah. Pernikahan ini merupakan salah satu cara da’wah Nabi Muhammad SAW merangkul Bani Umayyah, dan setelah Bani Umayyah banyak masuk Islam, memberikan sumbangsih besar dalam tata pemerintahan, tata kota, tata bangunan dan juga peperangan mengusir Romawi dan Persia dari Syam dan Irak.
Setelah Abu Sufyan bin Harb masuk Islam, semua Bani Umayyah bersedia masuk Islam dan turut memberi peran bagi Umat Islam, peran Mu’awiyah bin Abu Sufyan RA dalam menulis wahyu dan Yazid bin Abu Sufyan RA dalam perang Yarmuk serta pengusiran Romawi dari Syam dengan mengakomodir kabilah-kabilah yang memiliki kedekatan dengan Bani Umayyah. Kemudian Utsman bin Affan RA juga memiliki peran dalam pembuatan aturan-aturan ekonomi dan pembangunan fisik Madinah baik di era Umar bin Al Khathab RA atau di masanya sebagai khalifah ketiga.
